Tuhan Maha Asyik



 Tuhan sangat asik ketika DIA tidak kita kurung paksa dalam penamaan-penamaan dan pemaknaan-pemaknaan. DIA tak teridentifikasi, tan keno kinoyo ngopo. DIA tak termaknakan. DIA ada sebelum definisi dan makna ada. Tuhan itu anti mainstream.Tuhan itu Maha Asyik ketika kita men-Tadaburi-Nya, bukan me-logikakan-Nya. Dengan mencampakkan kesombongandan taqlid kepada kerendahan hati. Ke manapun kita memandang, di situlah wajah Tuhan Sebagai bangsa berketuhanan yang Maha Esa, saat berniat melakukan reformasi atau islah, ternyata kita melupakan yang paling-atau minimal termasuk yang paling pokok, yaitu mereformasi pandangan kita tentang Tuhan. Ketika kepentingan duniawi menguasai dan menyibukkan kita, berangsur-angsur Tuhan pun 'tersisih' dari perhatian kita. Kita merasa cukup sudah bertuhan hanya dengan doktrin yang kita dengar dari mulut ke mulut atau teks yang kita baca. Berpikir--seperti yang sering dianjurkan-Nya--jarang kita lakukan sebagai upaya lebih mengenal-Nya. Banyak orang bertuhan tanpa mengenal Tuhan dan tanpa berusaha mengenalNya. Bahkan belakangan karena presepsi dan tingkah-laku mereka ini, Tuhan pun terkesankan 'Maha Menyusahkan' atau 'Maha Pemarah' dan agamaNya terkesankan sulit dan berat. Dalam beriman membutuhkan cara berpikir, bertindak, bernalar yang santai. Tuhan Mahatahu dan Maha Rahim karena sifat Tuhan seperti itu dia tidak mengadili orang berdosa. Beriman dengan santai berarti beragama secara otentik yakni orang jujur dirinya dan Dia tidak memanipulasi keberagamaan yang hanya mencari untung dirinya sendiri. Beriman adalah belajar melihat realitas dunia bukan sisi gelap dan terang. Beriman memberi dirinya bagi terciptanya damai yang sejati. Keberimanan berarti membangun kesadaran.  Membangun kesadaran keberagaman harus menjadi prioritas. Keberagamaan jangan sekadar berwajah kesalehan individual, tetapi juga sosial. Kaum beragama tidak boleh menghardik umat dari agama lain. Itulah wajah agama yang manusiawi karena berorientasi altruistik, bukan egoistik. Maka, tiap ibadah harus lebih dilandasi sikap hati yang tulus untuk memberi penghargaan terhadap martabat kemanusiaan. Beriman berarti mencinta kehidupan karena kehidupan adalah rahim cinta.  Dia memberikan dirinya bagi kebahagiaan sesama karena beriman secara sukarela bukan model paksaan. Agama sejati mengajak setiap orang berperilaku jujur dan mau mengampuni. Tuhan Mahabesar. Seorang beriman tidak bisa diukur dari panjangnya doa, dari hal-hal formalisme. Tuhan hanya menginginkan manusia selalu mencintai dengan kesadaran dan menghilangkan kecurigaan dan kebencian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Situ Tonjong, Riwayatmu kini

Pengalaman adventure dan pesona keindahan kebun teh Cianten,Bogor,

Huma diatas Bukit